Malam di Musim Kemarau yang Panas


Cahaya bulan menerangi wajah kita yang dihiasi senyuman
Di suatu waktu ketika hati kita terikat 
dalam satu asa yang sama
Malam itu penuh keindahan
Di hati kita dan di langit
Dan kan selalu tersimpan dalam lemari memori yang rumit

Saat itu,
Ketika angin membawa kesedihan, kita menantangnya dalam satu cerita yang penuh ceria
Mengubah kegelapan menjadi cahaya lagu yang indah
Dan detik detik berlalu bersama
Harapan yang tumbuh semakin besar menanti fajar
Kita mengawalinya dengan senyuman
Kita pasti akan mengakhirinya dengan senyuman

Saat itu
Waktu itu
Di tempat itu
Akan kita selalu ingat,
Ketika bintang bersinar dan bulan menerangi wajah kita yang tertawa.





.

Sebotol Susu


1

Paijah janda kembang desa Sidoarjo
Datang ke Jakarta mencari uang untuk susu anaknya
Atau kalau bisa,
Mencari ayah baru untuk anaknya
Dan kalau bisa,
Orang kaya.

Paijah memang masih janda kembang
Walau sudah sudah punya anak Satu
tapi wajahnya masih seperti gadis
umurnya pun masih belasan
teteknya entah kenapa tidak bisa mengeluarkan susu
jadi Paijah harus memberi anaknya susu instant,
yang steril, bergizi, penuh nutrisi
dan tentunya mahal

Sebutlah Paijah janda kembang beranak Satu
nasibnya hanya sampai menjadi babu
seorang pengusaha berbaik hati menjadi tuannya.
Paijah melayani makan tuannya,
pakaian tuannya, rumah tuannya dan…
Nafsu tuannya.
Paijah terbang ke angkasa, dia akan menjadi nyonya rumah
Paijah tidur dengan senyum sumringah
Anaknya akan punya ayah
Sore itu,
Pernikahan Tuannya di Fourseason Hotel sangat meriah
Dengan gadis anak rekan bisnisnya
Yang sebelumnya pernah tidur dengannya

Ough hati Paijah luluh lantak
Paijah pergi dari rumah tuannya
Rasanya ingin mati
Namun dalam perjalananya menuju kematian Paijah bertemu Mas Kresno

2

Mas Kresno teman sepermainannya sewaktu kecil,
Dahulu Paijah bermimpi menjadi istrinya tapi
Bapaknya menikah-kannya dengan Mas Sugih
Lintah darat desanya.
Setahun pernikahanya, Mas Sugih mati dipukuli penduduk desa.
Pernikahannya dengan Mas Sugih hanya meninggalkan hutang, aib,
dan cabang bayi yang selalu haus susu

Mas Kresno sekarang ada di Jakarta
Dia jadi tukang bakso
Cahaya kehidupannya kembali menyala
Kini Paijah tinggal bersama Mas kresno
Di kontrakannya yang sempit
Paijah dan Kresno berencana menikah di masjid
Sekedar menikah sehingga tidak menjadi gunjingan orang
Karena perut Paijah membesar
Padahal tidak sehelai rambut pun Kresno pernah membelai
Apalagi menyentuh kulitnya
Apalagi membuka bajunya
Apalagi membuatnya menjadi hamil
Paijah dengan riang membulat – bulatkan adonan bakso
Seperti biasa nanti sore Mas Kresno berjualan bakso
Bulan pun berganti
Cabang bayi itu telah lahir
Teteknya entah kenapa tidak bisa mengeluarkan susu
Jadi Paijah harus memberinya susu Instant
Yang steril, bergizi, penuh nutrisi
Dan tentunya mahal.

13/05/09



Yang Fana, Yang Tidak Abadi






Berapa kali ku menangisi dirimu
Dunia oh dunia
Riuh gemuruh badai menerpa ku
Bertahan untukmu dunia ku
Memaksa lidah ini mengecap pahitnya racun
Untukmu dunia
Melewati malam dengan perut lapar
Merasakan asinnya air mata
Agar pagi bertemu dengan mu dunia
Bisakah kita hidup bersama dunia
Selamanya

23/06/06


AMARAH


















Entah aku pun menanyakan pada diriku sendiri

Mengapa diriku dipenuhi marah

Amarah ini karena apa

Oleh apa aku begitu marah

Atau siapa yang memarahiku

hingga aku juga terbakar amarah

hingga wajah lelah karena marah





Aku tak tahu kesedihan apa yang jatuh pada mataku


Hingga berderai
kepiluan dihati
Padahal aku adalah orang yang penuh dengan simpati,
empati
dan toleransi
Namun semuanya tanpaknya sudah basi
Dan kini ku sediri menangisi
Sahabat yang begitu kukasihi
Menjauh pergi

Apakah kebaikan hati
Tidak cukup untuk kita saling mengasihi?

20/06/06


Dunia itu KOTAK!!!


Ada hari – hari dimana aku melewati hari dengan awan mendung di wajah. Ada hari – hari dimana yang ada adalah luka dan yang terasa di hati hanyalah kecewa. Hingga wajah ini tak kunjung menatap kedepan hanya dapat tertunduk. Kalah. Hari – hari gelap dalam perjalananku menuju kedewasaan. Menangisi ketidakberdayaan. Kebodohan anak muda dan kekonyolan orang tolol. Kadang tersesat dalam pikiran yang tak menentu arah. Berlarut – larut dalam kegelisahan dan kepenanatan dunia orang dewasa sampai terkadang begitu muak walau pada akhirnya menjadi terbiasa bahkan biasa juga melakukan perbuatan kotor.

Aih terkadang ketika kepenatan menghantam akal dan ruang tiga dimensi ku begitu menghimpit, ingin juga aku teriak. Seperti anak kecil yang hanya dapat menangis dan meraung akan ketidakadilan orang dewasa. Teriak dalam sunyi. Kemudian terbangun dipagi hari dengan mata sembab. Benar – benar seperti perempuan. Padahal aku seorang lelaki.

Ooo aku memang lelaki celaka. Kadang aku hanya dapat mengutuk diri sendiri bila lagi dan lagi melakukan perbuatan bodoh dan tolol. Lelaki kelabu. Yang hidupnya sungguh jemu. Padahal begitu ingin bercumbu. Uuu seribu sembilu terasa begitu pilu. Hidupku sungguh penuh warna kelabu.

Ada hari – hari ketika semua terasa begitu sesak menghimpit. Aku melarikan diri dari kotak duniaku. Meninggalkan bunda dan ayah tanpa rasa sesal. Berharap aku bertemu malaikat maut. Yang akan memberikan rasa sakit yang melebihi sakit yang kurasa sekarang. Yang kemudian akan berakhir dan tak kurasakan lagi.

Dunia ku begitu sempit dan semua selalu kembali pada diriku yang kerdil. Karena memang dunia ku, memang kotak persegi. Dalam pencarian ku mencari malaikat maut, aku pun selalu mengalami keputusasaan. Hidup ku sudah sulit mengapa mati juga dipersulit. Dunia orang dewasa. Selamanya aku tak akan pernah bisa mengerti.

Angin malam dimusim kemarau. Berputar – putar di dalam hatiku yang kosong. Menjelma suara – suara ganjil yang begitu purba. Apakah itu malaikat maut? Atau dedemit yang selalu meminta ditemani menuju neraka. Mamang ada dosa yang belum berani aku perbuat namun aku tidak mau kematian ku bergelimang dosa. Permasalahan yang aku hadapi hanya diriku. Dosa terkadang melibatkan pihak ketiga. Dan selalu merugikan pihak ketiga. Cukup aku yang mengutuk diriku lelaki celaka. Tidak perlu orang lain juga ikut mengutuk.

Aih begitu kelam kelabu duniaku. Aku hanya lelaki celaka yang rindu untuk dicumbu.

Aku pun lelah merindu. Kapalku ingin berlabuh. Sekedar menyapu peluh. Karena kemarau begitu penuh debu. Matahari yang renta perlahan menaik. Melenyapkan kegelapan, menyebarkan kebahagiaan. Pagi itu aku kembali ke istana ku. Yang didalamnya terdapat dunia ku yang kotak persegi kelabu. Perlahan sosok bunda menjadi nyata di mata. Bunda menatap haru, aku menangis rindu. Pagi itu, aku melihat bunda begitu cantik. Tidak pernah aku melihat bunda begitu anggun seperti pagi itu. Aku pun tersenyum. Syukurlah Aku masih mengingat caranya tersenyum.

Ayah Sebut Dia Seorang Teman

Pertemanan ini sudah berlangsung lama Namun entah mengapa aku masih belum juga mengetahui apa yang kau pikirkan ketika kamu ber “Emm” setiap aku menelpon. Seakan tak ada lagi yang penting untuk dibicarakan. Padahal ku pikir kita lebih dari sekedar berteman. Kita bersahabat. Sahabat sehati. Namun tanpaknya aku berharap terlalu banyak atau mungkin selama ini hanya aku yang berpikir demikian.

Sahabat bagiku bukan hanya sahabat. Aku ingin menjadi cacing dalam perut sahabatku, meneruskan kata – kata yang tertahan di ujung lidahnya dan mengetahui dengan pasti apa yang akan kau gumamkan ketika orang memaksa menyanyikan lagu loving you dengan suara luar biasa fals.

Temanku oh sahabatku, mengapa sulit sekali ya. Padahal sedapat mungkin aku menjaga perasaan mu, namun dan namun tetap saja sepertinya ada batas diantara kita. Apa memang kita harus mempunyai latar belakang sejarah yang sama. Atau kalau pake istilah bulenya “ friends in the same boat” .

Temanku oh sahabatku, besar lho keinginan-ku untuk menjadi sahabat mu namun dan lagi – lagi namun tanpaknya keinginanku tidak sama dengan keinginan mu. Pastinya menyenangkan bila kita menikmati espresso yang luar biasa pahit di sabtu sore sambil membicarkan rencana malam panjang kita atau membahas buku – buku yang lagi best seller yang sebelumnya kita telah membacanya sebelum buku itu menjadi best seller atau dan lagi – lagi atau, semua rencana yang hanya impian sepihak saja.

Hah aku agak lelah juga. Hey jangan – jangan kau juga lelah menghadapiku. Maaf bila demikian. Sungguh aku hanya ingin berteman. Kerena itu pula aku berbagi masalahku padamu, meminta pendapatmu dan mungkin kau pun akan mempercayaiku untuk berbagi beban berbagi rahasia berbagi ceria.

Temanku oh sahabatku, sungguh aku pun tak bisa hidup sendiri aku membutuhkan sahabat. Aku membutuhkan mu. Tapi tanpaknya pahitnya espresso itu harus ku kecap sendiri. Berharap ada sahabat yang menambah sedikit gula dan krim dan mungkin sedikit coklat agar menjadi capucino yang lezat.

Bersahabat saja sulitnya luar biasa apalagi berkekasih mungkin extraordinary luar biasa sulit. Ah sudahlah namanya juga hidup. Untuk saat ini aku menyerah dulu mungkin lain kali aku akan berusaha lebih keras.

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Sentimentil Kronis

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger