Dunia itu KOTAK!!!


Ada hari – hari dimana aku melewati hari dengan awan mendung di wajah. Ada hari – hari dimana yang ada adalah luka dan yang terasa di hati hanyalah kecewa. Hingga wajah ini tak kunjung menatap kedepan hanya dapat tertunduk. Kalah. Hari – hari gelap dalam perjalananku menuju kedewasaan. Menangisi ketidakberdayaan. Kebodohan anak muda dan kekonyolan orang tolol. Kadang tersesat dalam pikiran yang tak menentu arah. Berlarut – larut dalam kegelisahan dan kepenanatan dunia orang dewasa sampai terkadang begitu muak walau pada akhirnya menjadi terbiasa bahkan biasa juga melakukan perbuatan kotor.

Aih terkadang ketika kepenatan menghantam akal dan ruang tiga dimensi ku begitu menghimpit, ingin juga aku teriak. Seperti anak kecil yang hanya dapat menangis dan meraung akan ketidakadilan orang dewasa. Teriak dalam sunyi. Kemudian terbangun dipagi hari dengan mata sembab. Benar – benar seperti perempuan. Padahal aku seorang lelaki.

Ooo aku memang lelaki celaka. Kadang aku hanya dapat mengutuk diri sendiri bila lagi dan lagi melakukan perbuatan bodoh dan tolol. Lelaki kelabu. Yang hidupnya sungguh jemu. Padahal begitu ingin bercumbu. Uuu seribu sembilu terasa begitu pilu. Hidupku sungguh penuh warna kelabu.

Ada hari – hari ketika semua terasa begitu sesak menghimpit. Aku melarikan diri dari kotak duniaku. Meninggalkan bunda dan ayah tanpa rasa sesal. Berharap aku bertemu malaikat maut. Yang akan memberikan rasa sakit yang melebihi sakit yang kurasa sekarang. Yang kemudian akan berakhir dan tak kurasakan lagi.

Dunia ku begitu sempit dan semua selalu kembali pada diriku yang kerdil. Karena memang dunia ku, memang kotak persegi. Dalam pencarian ku mencari malaikat maut, aku pun selalu mengalami keputusasaan. Hidup ku sudah sulit mengapa mati juga dipersulit. Dunia orang dewasa. Selamanya aku tak akan pernah bisa mengerti.

Angin malam dimusim kemarau. Berputar – putar di dalam hatiku yang kosong. Menjelma suara – suara ganjil yang begitu purba. Apakah itu malaikat maut? Atau dedemit yang selalu meminta ditemani menuju neraka. Mamang ada dosa yang belum berani aku perbuat namun aku tidak mau kematian ku bergelimang dosa. Permasalahan yang aku hadapi hanya diriku. Dosa terkadang melibatkan pihak ketiga. Dan selalu merugikan pihak ketiga. Cukup aku yang mengutuk diriku lelaki celaka. Tidak perlu orang lain juga ikut mengutuk.

Aih begitu kelam kelabu duniaku. Aku hanya lelaki celaka yang rindu untuk dicumbu.

Aku pun lelah merindu. Kapalku ingin berlabuh. Sekedar menyapu peluh. Karena kemarau begitu penuh debu. Matahari yang renta perlahan menaik. Melenyapkan kegelapan, menyebarkan kebahagiaan. Pagi itu aku kembali ke istana ku. Yang didalamnya terdapat dunia ku yang kotak persegi kelabu. Perlahan sosok bunda menjadi nyata di mata. Bunda menatap haru, aku menangis rindu. Pagi itu, aku melihat bunda begitu cantik. Tidak pernah aku melihat bunda begitu anggun seperti pagi itu. Aku pun tersenyum. Syukurlah Aku masih mengingat caranya tersenyum.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Sentimentil Kronis

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger